Senin, 17 Desember 2007

Harapan Masyarakat It tentang TI/SI nasional

Pada akhirnya, sebagaimana sudah terjadi di banyak negara, Internet masuk dan merasuki pemerintahan. Bila sebelumnya hanya digunakan untuk sarana penelitian dan komunikasi antar-peneliti di lingkungan perguruan tinggi, setelah Internet dikomersialkan, tak pelak ia mampu menjadi “perubah besar” dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk tata laksana pemerintahan. Jauh sebelum munculnya Internet, sudah banyak institusi pemerintah di Indonesia yang menggunakan Sistem Informasi (SI) bagi menunjang operasional masing – masing. Namun SI ini masih berupa pulau – pulau yang terpisah satu dengan lainnya, relatif tidak ada keterhubungan dan ketersesuaian, bahkan di satu departemen sekalipun. Sebagian besar SI ini masih berorientasi ke dalam, artinya hanya untuk memenuhi kepentingan internal organsaisi saja. Penggunaan SI untuk pelayanan publik masih belum lazim, bukan saja disebabkan oleh belum tersedianya teknologi yang mudah dan murah untuk pelayanan publik, namun adanya permasalahan lain yang menghambat seperti tatanan peraturan dan perundangan yang belum mendukung adanya pelayanan publik melalui media online. Munculnya gelombang reformasi dan makin matangnya teknologi Internet seolah menjadi pemecah kebekuan yang selama ini tak tergoyahkan. Masyarakat membicarakan e-government. Sebagian aparat pemerintah menunjukkan itikad dan antusiasmenya terhadap e-govt yang dipercaya akan menjadi “wajah” pemerintahan di era milenium. Di balik semua itu ada terkandung berbagai masalah yang bila tidak dibenahi, akan mengurangi manfaat dari e-govt, atau bahkan tidak akan menambah kesejahteraan masyarakat meski sumber daya sudah banyak dikerahkan. Paper ini dimaksudkan sebagai masukan dan pemikiran dalam memahami faktor – faktor penghambat maupun pendukung dalam upaya mensukseskan implementasi e-govt. Faktor – faktor ini tidak hanya yang bersifat teknis semata, namun juga yang non-teknis dan strategis. Pada bagian pertama akan diuraikan permasalahan yang berkenaan dengan implementasi e-govt dalam tataran makro dan mikro, Untuk memperoleh gambaran implementasi dan harapan, disajikan fakta di negara – negara lain beserta komentar dari berbagai pihak mengenai e-govt. Pola pikir yang melandasi implementasi e-govt dicoba didekati dalam konteks Indonesia, dari sinilah kemudain muncul berbagai faktor penghambat dan pendorong. Pada bagian akhir penulis menyampaikan tantangan yang akan dihadapi ke depan berkaitan dengan tata laksana pemerintahan dan posisi relatif e-government. Menutup paper ini penulis menyampaikan kesimpulan dan saran dengan harapan dapat bermanfaat dalam loka karya ini, maupun bagi masyarakat Indonesia.

Kamis, 13 Desember 2007

Blue Book ICT Indonesia

IT telah melahirkan sebuah industri baru, yaitu industri IT. Contoh industri IT ini
adalah industri telekomunikasi (Telkom, Indosat dan operator telekomunikasi
lainya), perangkat lunak (software, seperti misalnya Balicamp), perangkat keras
(hardware, seperti misalnya PT INTI), integrasi sistem (system integrator), jasa
internet (Internet Service Provider atau ISP, web hosting, Aplication Service
Provider), dan masih banyak yang lainnya. IT sudah menjadi sebuah industri yang
nyata dan dapat memberi kontribusi kepada pendapatan negara.
Di Indonesia, industri IT diharapkan dapat dikembangkan untuk menyumbangkan
devisa kepada Indonesia paling tidak sebesar $8.2 miliar di tahun 2010. Target ini
tidak berlebihan mengingat pasar dunia di bidang ini telah melebihi satu triliun $,
di mana pasar domestik Indonesia diperkirakan telah mencapai $1.5 miliar. Hal
ini menuntut pengembangan daya saing industri IT Indonesia, sehingga secara
kolektif mampu tumbuh, berkembang, dan merebut pangsa pasar tersebut.
Namun demikian, terrnyata Sumber Daya Manusia yang bergerak di bidang
Information Technology (SDM IT) tidak mudah diperoleh. Bahkan di negara yang
terdepan dalam industri IT, yakni Amerika Serikat (di Silicon Valey dan pusat
industri IT lainnya), masih kekurangan SDM IT. Salah satu cara mereka untuk
mengatasinya adalah dengan mengimpor SDM IT dari luar negeri, khususnya
India dan China. Cara lain yang dilakukan adalah dengan outsource pekerjaan ke
luar negeri. Jika Indonesia menargetkan tambahan devisa sebesar $8 miliar/tahun
dalam industri IT, dan produktifitas seorang pekerja diasumsikan sebesar $25.000,
maka jumlah pekerja yang dibutuhkan adalah 8 milyar/25 ribu, yakni 320.000.
Perlu kerja keras untuk mencapai jumlah tersebut.
Jika Indonesia tidak mempersiapkan pemenuhan kebutuhan SDM IT, maka bukan
tidak mungkin Indonesia hanya akan menjadi pengimpor atau konsumen IT. Dan
bukan pemasukan devisa negara sebesar $8,2 miliar/tahun yang diperoleh, tapi
pengeluaran sebesar itu untuk memenuhi kebutuhan IT di dalam negeri. Oleh
karena itu penting bagi Indonesia untuk merencanakan dan mempersiapkan
pemenuhan kebutuhan SDM IT. Dalam hal ini perlu dukungan dari berbagai pihak
antara lain, pemerintah, universitas-universitas, lembaga-lembaga non-formal
penghasil SDM IT dan semua lapisan masyarakat pengguna IT.

Secara singkat ada lima alasan mengapa kita memerukan Blue Book Perencanan
SDM untuk Industri ICT.
• Industri ICT Indonesia membutuhkan SDM lebih dari 320,000 orang di tahun
2010, baik untuk kebutuhan industri telematika, egovernment, industri
keuangan dan jasa, maupun untuk organisasi masyarakat.
• Kapasitas lembaga pendidikan saat ini masih terlalu rendah sehingga perlu
usaha yang besar (masif) dari lembaga pendidikan namun perlu tetap sesuai
dengan kebutuhan kompetensi di industri.
• Mengingat banyaknya pihak yang terlibat maka perlu panduan kurikulum
generik dan mekanisme assessment untuk digunakan lembaga pendidikan.
• Apabila terjadi gap antara kebutuhan dan kapasitas maka perlu inisiatif dan
program untuk memastikan kecukupan pasokan SDM ICT
• Panduan ini perlu dibuat secara tertulis ke dalam Blue Book yang direvisi
setiap tahun

Buku ini paling tidak terdiri dari empat bagian sebagai berikut.
Bagian I: Estimasi Kebutuhan SDM ICT s/d 2010
Kualitatif: Kompetensi
Kuantitatif: Jumlah
Bagian II: Kinerja Saat ini
Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan
Kapasitas Pertahun
Bagian III: Rekomendasi
Page 10
Blue Book versi 1, September 2003
6 uikulum Generik
Assessment
Bagian IV: Usulan Action Plan
Inisiatif
Program

Sebagaimana diperlihatkan pada Gbr. 1, Blue Book menjadi panduan dalam
proses penyiapan SDM telematika.
Pertumbuhan perusahaan telematika di
Indonesia perlu didata untuk menghitung estimasi kebutuhan SDM untuk industri
Indonesia. Hasilnya dicatat dalam Blue Book. Demikian juga kapasitas dari
Lembaga Pendidikan ICT Indonesia dicatat dalam Blue Book ini. Kurikulum
Generik dikumpulkan dalam Blue Book untuk digunakan lembaga pendidikan di
Indonesia untuk menghasilkan SDM telematika. Blue Book juga perlu memiliki
mekenisme assessment untuk mencek kualitas dari SDM telematika. Lembaga
Asssessment mengeluarkan sertifikasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam
Blue Book ini. Blue Book juga mengandung inisiatif dan program apabila
kuantitas dan kulitas SDM yang dihasilkan tidak memenuhi kebutuhan industri.

Minggu, 09 Desember 2007

Soal Uts Smester Ganjil

2. Tentang Komputer DNA dan masa depannya

b. Komputer DNA akan segera menggantikan komputer biner.
Komputer DNA adalh komputer canggih,diman komputer ini tidak lagi menngunakan bilangan biner dalam menjalankan operasinya.Komputer yang kita kenal sehari-hari menggunakan data biner (binary data) untuk menyimpan dan mengolah informasi atau perhitungan. Data biner ini merupakan sistem angka berbasis dua, yaitu 0 dan 1. Sedangkan DNA, singkatan dari deoxyribose nucleic acid, menyimpan dan mengolah informasi genetika manusia dalam molekul-molekul yang diberi kode huruf A, C, T, dan G. A merupakan inisial untuk adenine, C untuk cytosine, T untuk thymine, dan G untuk guanine.keunggulan utama komputer DNA. Enzim-enzim yang terlibat bekerja secara paralel. Komputer klasik membaca dan mengolah data secara linier (berurutan). Melibatkan data dalam jumlah besar, komputer klasik akan sangat kerepotan mengolah data-data yang luar biasa banyaknya. Penghitungan membutuhkan waktu sangat lama karena dilakukan satu per satu. Di sinilah keunggulan komputer DNA! Untuk jumlah data yang sangat banyak, komputer DNA dapat melakukan penghitungan jauh lebih cepat karena semua prosesnya dilakukan secara paralel (bersamaan).Bukan tak mungkin pada yang masa akan datang komputer DNA menngantikan komputer biner,karena dari segi kecepatan lebih unggul kompter DNA.

d. Banyak vendor masih enggan mengembangkan komputer DNA.
Vendor masih enggan mengembangkan komputer DNA karena komputer ini belum banyak di gunakan oleh user-user yana ada.Karena penelitiannya pun belum selesai secara maksimal,makanya para vendor masih ragu untuk mengembangkannya.Selain itu juga butuh biaya yang cukup besar untuk mengembangkan komputer ini.


4. Pilihan anda tentang pembajakn software.

b.Melarang secara terbatas aplikasi tertentu.
Pembajakan software memang merugikan negara,namun apabila pembajakan dilarang secara ketat,maka ada pihak-pihak yang dirugikan juga.Seperti para mahasiswa dan pengguna (user) pada umumnya.Karena seperti diketahui,software asli jauh lebih mahal ketimbang software bajakan.Maka dari itu biarkan ada pembajakan,tapi harus di kendalikan.Batasi saja aplikasi-aplikasi tertentu,seperti operation system(OS)nya saja boleh di bajak, tetapi software officenya/aplikasi yg lain tidak.

d.Membajak bila perlu saja.
Cara ini juga bisa di pakai misalnya ada suatu perusahaan/kantor memakai software asli,kita copy/kita bajak dan hanya di pergunakan oleh pihak-pihak tertentu saja.Contohnya mahasiswa dan user biasa tadi.Kemungkinan besar cara ini dapat menanggulangi pembajakan secara besar-besaran.Karena dengan cara ini hanya pihak-pihak tertentu yang dapat menngunakan software bajakan,dengan ketentua dan syarat yang harus dipenuhiu pula.